Jumat, 10 Desember 2010

The Great Queen Seon Deok, Episode 41 - 50

Episode 41

Ucapan Chunchu yang menyebut penggolongan kasta di Shilla yang menentukan posisi seseorang adalah hal kuno membuat semuanya kaget. Dengan wajah pucat, Putri Deokman (Lee Yo-won) keluar dari balai pertemuan, ucapan Chunchu (Yoo Seung-ho) masih terngiang di benaknya. Saat hendak melangkah pergi, ia berpapasan dengan Chunchu, yang dengan senyum sinis mengisyaratkan kalau pertempuran baru dimulai. Meski kontroversial, Chunchu ternyata mendapat dukungan dari Kim Yongchun (Do Yi-sung) yang menganggap penobatan sang pangeran sebagai putra mahkota jauh lebih mudah diterima oleh para bangsawan dan masyarakat dibanding seorang wanita menjadi raja. Perdebatan yang terjadi di ruangan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) secara tidak sengaja terdengar oleh Putri Deokman. Begitu menghadap, Putri Deokman menyebut bahwa bila keadaan semakin kritis, ia bakal mundur demi menghindari konflik dan membiarkan Chunchu melaju sendirian sebagai putra mahkota. Ucapan itu membuat Raja Jinpyeong semakin sedih, ia tidak mengira Chunchu bakal dimanfaatkan Mishil (Go Hyeon-jeong). Namun, Mishil yang dituduh sebagai biang keladi semuanya sendiri tengah dalam keadaan terpukul karena sama sekali tidak menyangka Chunchu bakal bicara tanpa berdiskusi lebih dulu. Saat tengah teringat dengan sosok Chunchu dan Putri Deokman yang merupakan saingannya, ia didatangi Seolwon (Jun Noh-min). Dengan senyum khasnya, Mishil menyebut bahwa dirinya sedikit kelelahan. Di kediamannya, Sejong (Dok Go-young) dan Hajong (Kim Jung-hyun) tengah terlibat diskusi serius. Rupanya mereka mengkuatirkan posisi keluarga keduanya bakal tergeser oleh Seolwon, gelagat itu mulai terlihat berkat kedekatan Chunchu dengan Boryang (Kim Eun-bin) putri Bojong (Baek Do-bin). Di tengah sejumlah dugaan mengenai sikap Chunchu, tokoh utama yang diduga menjadi dalang yaitu Mishil menutup diri dari semuanya termasuk orang-orang terdekatnya. Pelan-pelan, mulai terjadi konflik antara kubu Sejong dan Hajong dengan Seolwon mengenai masalah siapa yang kelak bakal menjadi pendamping Chunchu. Situasi yang pelik membuat Yushin (Uhm Tae-woong) mulai bisa mereka-reka apa yang telah terjadi. Saat dirinya sedang berdiskusi dengan Putri Deokman tentang kemungkinan terburuk yang dipikirkannya, Chunchu menghadap Raja Jin-pyeong, yang memberitahu bahwa orang yang telah diperalat Mishil tidak akan pernah menduduki tahtanya. Setelah mendapat teguran dari Sejong, Seolwon melarang Chunchu untuk bertemu dengan Boryang. Setelah itu, Seolwon memanggil para hwarang yang setia padanya. Chunchu sendiri tidak tinggal diam, ia menemui Yeomjong dan meminta pria banyak akal itu untuk melakukan sesuatu untuk dirinya. Aksi saling menggalang dukungan mulai dilakukan oleh pihak Sejong dan Seolwon, situasi tersebut terbaca oleh Putri Deokman, yang keheranan melihat Mishil belum bertindak apapun untuk melerai potensi konflik yang bakal terjadi. Saat malam tiba, Seolwon dan Bojong mendapat berita mengejutkan : Boryang diculik orang yang tidak dikenal. Keruan saja keduanya langsung mencurigai pihak Sejong sebagai pelaku, padahal di saat yang sama Boryang baru saja dibebaskan dari sebuah gudang terpencil oleh Chunchu. Di saat yang sama, Mishil yang baru saja terbangun mendapat kunjungan dari Bidam (Kim Nam-gil). Penjelasan Bidam bahwa Putri Deokman tidak akan termakan siasat Mishil yang hendak mengadu domba hanya membuat wanita itu tersenyum. ia sadar kalau sang hwarang mendatangi kediamannya atas inisiatif sendiri. Konflik antara kubu Sejong dan Seolwon akhirnya pecah lewat sebuah pertengkaran, kejadian tersebut terlihat oleh Alcheon (Lee Seung-hyo) yang langsung melaporkan semuanya pada Putri Deokman. Berbeda dengan pandangan Alcheon, Putri Deokman mampu menebak bahwa dalang dibalik penculikan Boryang adalah Chunchu. Untuk melepaskan beban pikiran yang semakin menghimpit, Mishil sengaja bergerak ke luar kota dengan hanya ditemani oleh Bidam, Chilseok (Ahn Kil-kang) dan sejumlah prajurit. Berbeda dengan biasanya, kali ini Mishil meminta Bidam untuk menuntunnya. Kejutan dilakukan Chunchu, ia mendatangi Raja Jinpyeong untuk menyampaikan kabar bahwa dirinya dan Boryang telah menikah. Ucapan itu keruan saja membuat Sejong geram, ia merasa ditikam dari belakang oleh Seolwon. Tak lama kemudian muncul Putri Deokman dan Yushin, yang langsung melempar pandangan tidak percaya. Sang putri langsung teringat akan sejumlah kejadian sebelumnya, ia sadar bahwa Chunchu yang ada dihadapannya bukan pemuda biasa yang polos.


Episode 42

Putri Deokman sadar kalau selama ini semua orang salah menilai Chunchu, pemuda itu ternyata patut diperhitungkan sebagai kekuatan baru. Saat bicara empat mata, Chunchu (Yoo Seung-ho) menyebut telah memperhitungkan semua kemungkinan dan Mishil (Go Hyeon-jeong) sekalipun tidak bisa mencegahnya. Namun, Putri Deokman (Lee Yo-won) yang lebih berpengalaman tahu bahwa masih ada satu kemungkinan yang bisa terjadi. Melihat gerak-gerik Chunchu, Seolwon (Jun Noh-min) sadar kalau dirinya dan Bojong (Baek Do-bin) telah dijadikan pion. Namun saat berusaha meyakinkan Sejong (Dok Go-young) dan putranya Hajong (Kim Jung-hyun), ucapannya sama sekali tidak dipercaya. Kekuatiran Seolwon makin menjadi saat tahu Mishil pergi dari Seorabol untuk menyepi dan tidak diketahui keberadaannya. Yang membuat semua pihak heran, Mishil sama sekali belum bertindak apapun untuk menghadang aksi Chunchu yang memecah-belah kubunya. Sadar kalau keberadaan Mishil bakal menjadi langkah penting, Putri Deokman memerintahkan para bawahannya untuk menguntit Seolwon dan rekan-rekan Mishil yang lain. Di saat yang sama, Chunchu menjalankan strategi selanjutnya: membujuk Jukbang (Lee Moon-shik) untuk bergabung dengannya. Meski menolak, Jukbang sempat goyah ketika Chunchu memberinya banyak uang. Tidak cuma itu, Chunchu juga berhasil membuat Misaeng (Jung Woong-in), yang tiba-tiba muncul, mati kutu dengan menyebut dirinya sudah tahu bahwa pria yang merupakan adik Mishil itu adalah dalang dibalik kematian Putri Cheonmyeong. Ketika Putri Deokman tengah cemas memikirkan Mishil, wanita yang tengah dicari banyak orang tersebut telah sampai ke tempat tujuan dimana dirinya selalu datang saat tengah berada dalam kondisi gundah-gulana. Kepada Bidam (Kim Nam-gil), Mishil menceritakan tentang masa lalunya dan beberapa orang kepercayaan mendiang Raja Jinheung. Dari obrolan tersebut, Bidam bisa melihat sisi lain dari sosok Mishil yang selama ini ditakuti dan dicintai banyak orang. Di Seorabol, konflik antara kubu Seolwon dan Sejong semakin tajam setelah masing-masing pihak menggalang pasukan yang bakal saling berhadapan. Di bawah komando Bojong, mereka menciduk Sejong di kediamannya. Begitu mendengar apa yang terjadi, Hajong menggelar aksi balasan dengan menyergap Seolwon. Ketika berada di tahanan, Seolwon kembali berusaha meyakinkan Hajong, yang cuma tertawa sinis, kalau mereka sama-sama telah dimanfaatkan oleh Chunchu. Sempat tidak percaya, Hajong langsung terdiam ketika Seolwon mengingatkan pria itu kalau seandainya Mishil ada disana, ia tidak akan membiarkan terjadi perpecahan diantara kedua kubu pendukungnya. Pelan tapi pasti, hubungan Mishil dan Bidam semakin dekat, dan tanpa disadari Mishil terus mempengaruhi pria itu dengan pola-pola pemikirannya. Sadar kalau Bidam telah jatuh cinta pada Putri Deokman, Mishil cuma tesenyum ketika pria yang sebenarnya adalah putranya tersebut menyebut bakal membantu sang putri untuk memenuhi impian para pendahulu Shilla yaitu menyatukan tiga kerajaan. Sebuah ucapan Bidam membuat Mishil seolah terbangun dari tidur, dengan senyum khasnya ia memberi isyarat bakal memulai awal baru. Belum lama pembicaraan selesai, Mishil diberitahu kalau dirinya mendapat kunjungan dari Putri Deokman. Pembicaraan serius antara kedua wanita paling berkuasa di Shilla itu dimulai. Dengan wajah serius, Putri Deokman menyebut heran akan sikap Mishil, musuh sekaligus orang yang paling dipercayainya, yang tidak mengambil tindakan apa-apa atas tindakan Chunchu atau perpecahan yang terjadi antara Sejong dan Seolwon. Wajah Mishil langsung berubah menyeramkan begitu mengatakan bahwa meski Putri Deokman tengah berada di jalur kemenangan, ia tidak akan menyerah begitu saja atau mengaku kalah. Tidak cuma itu, Mishil mengaku siap kembali berkompetisi dengan Putri Deokman sambil mempertaruhkan segala yang dimiliki. Setelah berbicara dengan Putri Deokman, Mishil membulatkan tekad untuk kembali ke Seorabol. Sadar kalau keadaan semakin genting, Putri Deokman mendatangi Chunchu yang tengah berada di kediaman Yeomjong. Kepada Yushin (Uhm Tae-woong) dan Bidam, Putri Deokman memberi isyarat supaya dirinya ditinggal berdua dengan Chunchu. Begitu mendengar penjelasan Putri Deokman, Chunchu terperangah, ia sama sekali tidak menyangka kalau tindakannya malah membangunkan naga tidur dalam diri Mishil. Dugaan sang putri tidak salah, kemunculan Mishil mampu meredam konflik kubu Sejong dan Seolwon, dan pertempuran bakal memasuki babak baru.

Episode 43

Sambil terperangah, Chunchu berusaha membantah penuturan Putri Deokman bahwa apa yang dilakukannya malah membangunkan naga tidur dalam diri Mishil. Dugaan Putri Deokman (Lee Yo-won) tidak salah. Di saat yang sama, Mishil (Go Hyeon-jeong) muncul untuk melerai Sejong (Dok Go-young) dan Seolwon (Jun Noh-min) bahwa dirinya tidak akan lagi menggunakan orang lain untuk memuluskan langkahnya menuju tahta kerajaan Shilla. Dengan wajah yakin, Mishil menyebut dirinya siap menjadi penguasa Shilla yang baru. Setelah mengatakan hal yang mengejutkan tersebut, Mishil berlutut sambil memohon supaya Sejong dan Seolwon mau membantunya. Rasa kaget juga dirasakan Misaeng (Jung Woong-in) yang notabene adalah adik Mishil sendiri, ia sama sekali tidak menyangka sang kakak berani mengambil langkah berani. Di kediamannya, Putri Deokman mulai menyusun strategi bersama Yushin (Uhm Tae-woong) dan Bidam (Kim Nam-gil). Sang putri sadar bahwa lawan mereka kali ini bukan orang sembarangan, meskipun ada kemungkinan bahwa niat Mishil tersebut bakal membuat kaum bangsawan yang semula mendukung sang pemegang segel kerajaan bakal terpecah. Untungnya, Putri Deokman sudah mempersiapkan strategi khusus. Kepada Raja Jinpyeong (Jo Min-ki), sang putri mengusulkan supaya diadakan pengubahan aturan pajak yang baru. Begitu dijelaskan apa yang menjadi alasan, Raja Jinpyeong yang ditemani oleh Kim Yongchun (Do Yi-sung) dan Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Begitu mendapat persetujuan, Putri Deokman langsung bergerak cepat. Dengan bantuan Bidam dan Yeomjong, ia mampu mengumpulkan data para bangsawan secara lengkap mulai dari luas tanah yang dimiliki, kepada siapa mereka memihak, hingga hubungan kekerabatan. Hal yang sama juga tengah dilakukan oleh kubu Mishil, mereka berusaha memastikan bahwa bangsawan yang mempunyai pengaruh besar masih tetap setia. Saat ditanya tentang Chunchu (Yoo Seung-ho), Mishil hanya tersenyum. Pembalasan yang dilakukan Mishil terhadap sang pangeran ternyata sangat telak, dengan enteng wanita itu mengaku bahwa dirinyalah yang membuat Chunchu kehilangan kakek (Raja Jinji), ayah (Kim Yongsu), dan ibu (Putri Cheonmyeong). Ucapan tersebut mampu membuat tubuh Chunchu bergetar, dan sadar kalau ia tidak mampu menghadapi Mishil sendirian. Ketika secara tidak sengaja bertemu Putri Deokman, Chunchu masih menunjukkan kesombongan seolah dirinya tidak butuh bantuan sang bibi. Namun, penuturan Putri Deokman yang sekaligus mengajaknya untuk bekerja sama membuat Chunchu tidak bisa berkelit lagi. Chunchu membuktikan ke arah mana dirinya berpihak ketika muncul di tengah rapat Putri Deokman dan para bawahannya sambil menyampaikan analisis mendalam yang membuat kagum semua yang hadir. Saat bicara berdua, Chunchu tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihan yang dirasakannya setelah tahu kalau keluarganya dibunuh oleh Mishil. Sadar betapa perihnya hati sang keponakan, Putri Deokman langsung memeluk Chunchu. Kehadiran Chunchu benar-benar membuat kubu Putri Deokman semakin kuat, mereka telah berhasil menyusun peraturan pajak yang baru dan berniat untuk menyampaikannya di rapat kabinet. Kali ini, yang diajukan adalah penyesuaian dimana besarnya pajak yang harus dibayar adalah berdasarkan luas tanah yang dimiliki. Seperti yang bisa ditebak, usulan tersebut sukses membuat bangsawan yang memiliki luas tanah terbatas mulai goyah. Dukungan juga didapat dari rakyat, yang berkat provokasi Jukbang langsung menyuarakan dukungan terhadap Putri Deokman. Hal sebaliknya dirasakan oleh para bangsawan kaya-raya, reaksi paling keras dilontarkan oleh Hajong (Kim Jung-hyun). Namun kubu Mishil tidak bodoh, mereka sadar bahwa usulan pajak yang baru diciptakan Putri Deokman untuk memecah-belah dukungan terhadap kubu mereka. Yang paling terasa adalah para pentolan kelompok hwarang, dimana salah seorang diantaranya Wangyun mulai beralih ke kubu Putri Deokman sementara yang lainnya mendatangi Sejong untuk meminta pria itu mempertimbangkan usulan pajak yang baru. Angin segar mulai dirasakan kubu Deokman ketika salah seorang jendral berpengaruh Jujin meminta waktu untuk bertemu. Siapa sangka, Mishil tidak kalah cerdik. Ia meminta Sejong dan para anggota dewan kabinet yang mendukung dirinya untuk menyetujui usulan pajak yang baru. Selain itu, ia juga menyuruh para bawahannya untuk melakukan pendekatan langsung pada para bangsawan yang memiliki pengaruh besar. Rapat dewan akhirnya digelar dengan disaksikan oleh penduduk Shilla, dan kubu Mishil bergerak cepat. Karena keputusan rapat baru bisa dilaksanakan bila semua anggota dewan setuju, dengan sengaja para anggota yang mendukung Mishil menyisakan satu suara tidak setuju sehingga mereka mampu lolos dari strategi Putri Deokman yang hendak membuka keborokan para anggota. Sadar kalau strateginya dimentahkan, Putri Deokman berdiri dan mengajukan usul baru : penentuan keputusan tidak lagi berdasarkan suara bulat melainkan atas dasar mayoritas. Bisa dibayangkan, reaksi beragam langsung muncul terhadap permintaan tersebut. Pasalnya, suara bulat di rapat dewan adalah salah satu tradisi Shilla yang paling tua.

Episode 44

Usulan Putri Deokman (Lee Yo-won) dengan cepat terdengar hingga ke telinga Chunchu (Yoo Seung-ho), yang menganggap bahwa meski terlihat simpel, aksi sang putri bisa membuka celah untuk menyebar ketidakpuasan diantara kalangan bangsawan pendukung Mishil (Go Hyeong-jeong). Bisa ditebak, usulan Putri Deokman kembali mandek di rapat kabinet (hwabaek). Saat bertemu muka, Mishil tersenyum sambil menyebut bahwa Putri Deokman tidak sadar bahwa seandainya disetujui, usul suara mayoritas bisa balik merugikan sang putri. Setelah itu, Mishil tertawa terbahak-bahak dan mengatakan bahwa kepolosan sang putri nyaris saja membuatnya kembali bicara banyak soal strategi yang seharusnya disimpan rapat. Dari sekian banyak hwarang, hanya Seokpum (Hong Kyung-in) yang benar-benar setia dan terus menurut pada Mishil. Di kediamannya, Mishil mengaku sadar kalau apa yang dikatakan Putri Deokman benar, dan yang bakal dilakukannya pertama kali setelah merebut kekuasaan adalah menghapus rapat kabinet dengan sistem yang ada karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Pemikiran yang sama ternyata juga dirasakan oleh Putri Deokman, yang setuju dengan usulan Chunchu bahwa pengambilan keputusan lewat rapat kabinet hanya akan memperlambat kemajuan kerajaan Shilla. Mereka tidak sadar bahwa saat tengah mempersiapkan strategi balasan, Mishil telah menyiapkan sebuah rencana yang sama sekali tidak disangka-sangka. Dari sekian banyak pendukung, hanya Misaeng (Jung Woong-in) yang menyatakan keheranannya akan pilihan yang bakal diambil Mishil. Dengan raut wajah kuatir, Misaeng menyebut bahwa tindakan tersebut bakal membuat reputasi Mishil, yang selama ini tidak pernah melawan prinsip yang dipegang, bakal tercemar. Namun, Mishil menyebut bahwa meski bakal gagal, ia bertekad untuk menyelesaikan semuanya hingga tuntas. Sementara itu, dukungan pada kubu Putri Deokman terus bertambah tanpa sadar bahwa ada mata-mata : Jujin, jendral yang membawahi lima ribu pasukan dan ternyata masih setia pada Sejong (Dok Go-young). Malamnya, giliran Yeomjong yang diberi kejutan oleh kemunculan mendadak Mishil. Rupanya, Yeomjong diperintahkan untuk menahan Bidam saat Mishil mulai menggelar rencananya. Kubu Mishil terus bergerak, Seolwon (Jun Noh-min) mendatangi Yongchun (Do Yi-sung) sementara Hajong (Kim Jung-hyun) mengunjungi Kim Seohyeon (Ju Sung-mo). Rupanya kedatangan dua orang dari kubu Mishil tersebut punya maksud buruk, mereka memasukkan beberapa butir obat-obatan ke minuman tuan rumah. Setelah misinya sukses, Seolwon langsung melapor ke Mishil. Setelah itu, Mishil meminta Seolwon memberikan bungkusan berisi surat misterius yang pernah dititipkannya. Penuturan Mishil bahwa surat tersebut telah disiapkan untuk Bidam membuat Seolwon langsung terdiam, jendral itu sadar kalau sang pemegang segel kerajaan sadar akan besarnya resiko kegagalan rencana yang bakal dijalankan. Begitu pagi tiba, dua orang prajurit utusan Sejong mengirimkan surat undangan rapat kabinet (hwabaek) yang digelar mendadak ke Yongchun dan Seohyeon. Namun karena diberi obat bius, keduanya terlambat bangun. Di saat yang sama, Yeomjong sukses menipu dan mengikat Bidam (Kim Nam-gil), yang dilakukannya atas perintah Mishil. Berita soal rapat kabinet yang mendadak mengejutkan Putri Deokman, ia tidak sadar bahwa keadaan jauh lebih gawat dari perkiraan semula. Tanpa kehadiran Yongchun dan Seohyeon, otomatis rapat hanya dihadiri oleh orang-orang pendukung Mishil sehingga keputusan dengan suara bulat bisa tercapai. Dengan terburu-buru, Yongchun dan Seohyeon berusaha masuk tempat rapat namun langkah mereka ditahan oleh para prajurit yang telah membuat pagar betis. Begitu mendengar berita tersebut, kubu Putri Deokman pimpinan Alcheon (Lee Seung-hyo) yang kuatir bakal terjadi pengambilan keputusan yang tidak adil mengerahkan para hwarang untuk membuka jalan supaya Yongchun dan Seohyeon. Satu-satunya yang sadar akan strategi Mishil sebenarnya adalah Bidam, namun pria itu diikat dengan kuat oleh Yeomjong. Di saat yang sama, pasukan pimpinan Jujin bergerak ke arah Seorabol. Begitu mendengar kalau Alcheon nekat menerobos masuk balai pertemuan, Putri Deokman sangat terkejut dan langsung bergerak untuk mencegah kemungkinan terburuk. Begitu Yushin dan Alcheon masuk dengan pedang terhunus, mereka langsung ditegur keras oleh Sejong dan Hajong. Tak berapa lama, muncul pasukan pimpinan Seolwon yang langsung berhadapan dengan para hwarang pimpinan Yushin dan Alcheon. Tidak ingin terjadi keributan, Yushin menyebut siap menerima hukuman atas kelancangannya menerobos balai pertemuan. Baru saja keadaan tenang, tiba-tiba seorang prajurit roboh akibat panah. Keruan saja situasi memanas, masing-masing pihak menghunus pedang dan pertempuran dua kubu tidak terelakkan. Dalam keributan tersebut, Sejong luka parah akibat ditusuk Seokpum. Bisa ditebak, semua adalah bagian dari strategi Mishil. Bertepatan dengan kabar terlukanya Sejong, pasukan pimpinan Jujin masuk ke ibukota sementara Mishil dan pasukannya melenggang masuk ke istana. Dari situ Putri Deokman dan Chunchu baru sadar, Mishil ternyata berniat untuk melakukan kudeta.

Episode 45

Terlukanya Sejong dijadikan alasan bagi Mishil untuk mengerahkan pasukan, namun alasan sebenarnya cuma satu : merebut tahta. Ketika Putri Deokman (Lee Yo-won) dan Chunchu (Yoo Seung-ho) bergegas menuju balai pertemuan, langkah mereka ditahan oleh Daenambo (Ryu Sang-wook). Begitu hwarang tersebut mengerahkan para pengawal untuk mengepung, Putri Deokman sadar kalau dirinya dan Chunchu berada dalam bahaya. Dengan percaya diri, Mishil (Go Hyeon-jeong) melangkah ke istana Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) sambil membawa surat titah yang siap distempel. Namun begitu sampai, Raja dan Ratu Maya (Yoon Yo-sun) ternyata sudah mengungsi sambil membawa stempel kerajaan. Meski dengan keadaan sakit, Raja Jinpyeong bisa menebak apa yang terjadi : Mishil telah melakukan kudeta dan berniat melimpahkan semua kesalahan pada Putri Deokman. Tanpa titah resmi raja, keadaan di balai pertemuan semakin genting karena pasukan Yushin (Uhm Tae-woong) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) tidak mau meletakkan senjata. Sementara itu, Putri Deokman dan Chunchu juga tengah dikawal ketat oleh Daenambo untuk dibawa ke Mishil. Siapa sangka, keduanya bisa diselamatkan oleh dua orang yang sama sekali tidak disangka-sangka : Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam). Melewati jalan rahasia istana, Raja Jinpyeong dan Ratu Maya mulai bergerak keluar. Namun langkah itu bisa ditebak Mishil, yang langsung menyambut di pintu keluar. Siapa sangka Raja cukup cerdik, ia sengaja mengumpankan diri untuk ditangkap sementara Sohwa (Seo Young-hee) yang ditugaskan untuk menyimpan segel baru keluar belakangan. Apes bagi Sohwa, ia tertangkap basah oleh Chilseok (Ahn Kil-kang). Berpura-pura lemah, Sohwa akhirnya dibawa ke tempat tersembunyi yang biasa digunakan Mishil. Begitu Chilseok pergi, Sohwa mulai mencari tempat yang aman untuk menyembunyikan segel kerajaan yang rupanya disembunyikan di bagian kakinya. Setelah diringkus, Raja Jinpyeong dan Ratu Maya dibawa ke acara sidang darurat pimpinan Mishil. Dengan tenang, Mishil menyebut bahwa apa yang terjadi dengan Sejong (Dok Go-young) adalah ulah Putri Deokman. Kegeraman Raja Jinpyeong tidak membuat wanita itu gentar, dengan santai ia menyebut siap mengobrak-abrik istana demi menemukan segel kerajaan dan meresmikan surat perintah penangkapan Putri Deokman. Keadaan di balai pertemuan terus memanas, Seolwon (Jun Noh-min) sudah siap melepaskan anak panah ke arah Yushin dan Alcheon serta anak buah mereka. Namun berkat Yongchun (Do Yi-sung), mereka bisa bergerak keluar. Di tengah perjalanan, Alcheon mengorbankan diri dengan menahan pasukan supaya Yushin bisa lolos. Suasana tidak kalah genting juga dialami Putri Deokman dan Chunchu, yang meski telah menyamar sebagai prajurit namun ketahuan juga. Di saat genting, Yushin muncul menghadapi para prajurit. Tak berapa lama, muncul bala bantuan yang tidak disangka-sangka : Bidam (Kim Nam-gil). Meski tangguh, kubu Putri Deokman kalah jumlah. Sadar kalau keselamatan Putri Deokman dan Chunchu adalah yang utama, Yushin menutup pintu gerbang istana dan menjadi tembok terakhir untuk menahan pasukan.

Episode 46

Meskipun sendirian, Yushin mampu menahan pasukan cukup lama hingga Putri Deokman bisa lolos dari istana. Di saat Yushin (Uhm Tae-woong) akhirnya bisa diringkus setelah dikeroyok para prajurit dan hwarang pimpinan Bojong (Baek Do-bin), Jukbang (Lee Moon-shik) berhasil menemukan ruang rahasia tempat Sohwa (Seo Young-hee) disekap. Di kediaman Mishil (Go Hyeon-jeong),Misaeng (Jung Woong-in) sangat terkejut saat tahu kegagalan meringkus Putri Deokman (Lee Yo-won) disebabkan oleh kehadiran Bidam (Kim Nam-gil). Tidak habis pikir dengan sikap sang kakak yang mendadak melunak, Misaeng hanya bisa mengiyakan saat Mishil memerintahkan supaya rapat dengan para bangsawan digelar secepatnya. Putri Deokman sendiri sadar dengan kegagalan Mishil, waktu berada di pihaknya. Sadar kalau semakin lama dirinya bebas maka semakin besar kemungkinannya untuk bisa menarik dukungan dari para bangsawan lain, ia bertekad untuk menghadapi Mishil hingga akhir. Di tempat lain, Mishil memerintahkan Seolwon (Jun Noh-min) untuk menemukan Putri Deokman dengan cara apapun termasuk dengan menyiksa para tawanan yang setia dengan sang putri. Bisa ditebak, Yushin dan Alcheon (Lee Seung-hyo) mendapat siksaan yang paling berat. Namun, keduanya tetap menolak buka mulut. Kubu Putri Deokman tidak tinggal diam, ia memerintahkan supaya strategi untuk menggerakkan para bangsawan yang mendukungnya dimulai. Setelah memasang selebaran di seluruh penjuru kota soal kejadian yang sebenarnya, Putri Deokman mendatangi Jujin, jendral yang memimpin lima ribu pasukan dan merupakan tokoh instrumental dibalik suksesnya kudeta Mishil. Sadar kalau sang jendral mau mendukung karena imbalan, Putri Deokman menyatakan siap memberikan tawaran yang lebih besar lagi. Setelah kembali ke kediamannya, Putri Deokman meminta Bidam untuk menghubungi Wolya (Joo Sang-wook) dan mulai menyiapkan operasi untuk membebaskan Yushin dari tawanan. Menjelang rapat dengan para bangsawan, Mishil menunjukkan titah raja yang telah distempel pada Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Mendengar Mishil menginginkan tahta, sang raja hanya tertawa sambil menyebut bahwa sang pemegang segel terlambat. Seandainya saja keinginan tersebut muncul lebih awal, maka masing-masing pihak tidak perlu kehilangan orang-orang yang begitu penting dalam hidup mereka. Mishil benar-benar menjalankan rencana yang telah disusunnya. Dengan alasan Putri Deokman telah melakukan usaha pembunuhan terhadap Sejong (Dok Go-young) dan dianggap sebagai pemberontak, maka telah dibentuk komite khusus yang dipimpin oleh Mishil sebagai wakil raja. Begitu ada salah seorang bangsawan yang protes, dengan kejam Mishil menyuruh Bojong untuk menghabisinya didepan yang lain. Sambil memegang titah, Mishil dengan berani duduk di kursi raja. Tidak lagi bisa menahan emosinya, Mishil memarahi semua yang hadir sambil menyebut bahwa setelah melayani tiga generasi raja, maka tidak ada yang lebih pantas tampil sebagai pemimpin selain dirinya. Mishil juga mengeluarkan peraturan baru : tidak boleh ada yang membawa senjata selain prajurit dan larangan akan adanya perkumpulan lebih dari lima orang. Ketika suasana resah tengah meliputi Seorabol, rencana berikutnya yaitu untuk menyelidiki keberadaan Putri Deokman dimulai. Dengan sengaja, seorang tawanan yang masih hidup dilepas sambil dibuntuti. Tidak sadar akan strategi tersebut, Putri Deokman sangat gembira ketika belakangan Jukbang muncul sambil membawa Sohwa. Dengan menyamar sebagai petugas kesehatan, Wolya dan Seolji (Jung Ho-geun) berhasil menyusup masuk untuk membebaskan Yushin. Strategi tersebut sukses, tidak ada yang sadar kalau semua merupakan bagian dari siasat Chilseok (Ahn Kil-kang). Begitu Wolya mulai bergerak, Chilseok mengerahkan pasukannya untuk mengepung markas dimana Putri Deokman berada.

Episode 47

Gembira karena Yushin berhasil dibebaskan, Putri Deokman dikejutkan oleh serangan tiba-tiba yang dilakukan pasukan pimpinan Chilseok. Meski unggul posisi, Chilseok (Ahn Kil-kang) tidak berani menyerbu masuk ke pondok dimana Putri Deokman (Lee Yo-won) berada. Dalam keadaan terjepit, tiba-tiba Sohwa (Seo Young-hee) mengajukan usul yang cukup berbahaya. Putri Deokman terus menolak karena sadar betapa besar resiko yang harus ditanggung, namun ia bergeming ketika Sohwa memanggil namanya secara langsung dan meminta Deokman untuk menurut. Di luar, Chilseok menugaskan sejumlah pasukan terbaiknya untuk mengenakan topeng dengan satu tujuan : membunuh Putri Deokman. Secara mengejutkan, orang-orang kiriman Chilseok tewas dengan mengenaskan dengan cepat. Sadar bahwa di sisi Putri Deokman ada pendekar berilmu tinggi selain Yushin (Uhm Tae-woong), Chilseok memutuskan untuk memimpin langsung penyerangan ke dalam pondok. Berada di ruang sempit membuat Chilseok terperangkap, di dalam sebuah kamar ia berhadapan dengan Yushin. Meski masih cedera, Yushin mampu menahan Chilseok. Begitu melihat beberapa orang terbujur kaku, Chilseok baru sadar kalau dirinya ditipu. Rupanya, kubu Putri Deokman menggunakan kostum pasukan bertopeng untuk menyelinap keluar. Buru-buru keluar untuk meringkus mereka yang kabur, Chilseok tidak tahu kalau Putri Deokman yang asli masih berada di dalam pondok sementara yang kabur dengan pakaian musuh adalah Wolya (Joo Sang-wook) dan Sohwa. Dengan kehebatannya, Chilseok mampu mengejar hingga tinggal berhadapan dengan dua orang yang kabur. Teringat akan perintah Mishil (Go Hyeon-jeong), Chilseok langsung menyiapkan pedangnya untuk melakukan serangan terakhir. Dari atas pohon, Chilseok kembali mengingat akan perjuangannya selama ini untuk menghabisi Putri Deokman sebelum kemudian melompat dari atas pohon untuk menebas pedangnya sekuat tenaga. Di tempat lain, Putri Deokman yang tengah berusaha meloloskan diri tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa di bagian dadanya. Begitu membuka topeng orang yang ditebasnya, Chilseok sangat terpukul saat tahu orang itu adalah Sohwa, yang sempat mengucapkan pesan terakhir sebelum meninggal. Dengan gontai, Wolya kembali ke persembunyian PUtri Deokman sambil membawa berita buruk. Bisa dibayangkan, bagaimana terpukulnya sang putri melihat wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri terbujur kaku dihadapannya. Tidak cuma Putri Deokman, Chilseok tidak kalah terpukul saat mengetahui kalau dirinya telah membunuh Sohwa dengan tangannya sendiri. Meski begitu, ia tetap menyatakan kesetiaannya pada Mishil meski dalam hati merasa kalau dirinya seharusnya sudah mati sejak lama. Di hadapan semua orang, terutama Jukbang (Lee Moon-shik) yang terus menangis, Putri Deokman terlihat begitu tegar. Namun saat tinggal sendirian, gadis itu menangis sejadi-jadinya. Adegan itu terlihat oleh Yushin dan Bidam (Kim Nam-gil), dan seolah tersadar akan sesuatu, Putri Deokman langsung bangkit dari kesedihannya. Sama seperti sebelumnya, kematian orang terdekat membuat semangat Putri Deokman semakin berkobar. Tidak ingin lagi ada yang mati demi dirinya, Putri Deokman mengabaikan saran Chunchu (Yoo Seung-ho) dan memutuskan untuk keluar dari persembunyian sehingga semua orang tahu kalau dirinya masih hidup. Kesempatan tersebut datang ketika muncul kabar bahwa utusan dari kerajaan Tang bakal datang ke Seorabol. Saat iring-iringan masuk ibukota, tiba-tiba dari atas muncul selebaran yang berisi ajakan kepada rakyat untuk membebaskan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) yang tengah ditawan oleh Mishil. Dalam waktu singkat, isi selebaran tersebut menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan rakyat dan hwarang. Kecurigaan terhadap Mishil langsung merebak, satu-satunya pentolan hwarang yang membela adalah Seokpum (Hong Kyung-in). Dengan posisi yang makin terdesak, Mishil harus berhadapan dengan utusan kerajaan Tang yang mengajukan permintaan yang tidak masuk akal. Sadar kalau dirinya diremehkan, Mishil meminta waktu untuk bicara empat mata dengan sang utusan. Untuk membuktikan kalau dirinya tidak main-main, Mishil dengan dingin menyebut siap melakukan apapun untuk memastikan Shilla tidak dianggap remeh termasuk dengan memenggal kepala utusan dari kerajaan Tang. Tekanan tersebut sukses membuat sang utusan gentar, sambil minta maaf ia menyebut siap memulai hubungan baik dengan pimpinan Shilla yang baru. Ketika berjalan keluar, Mishil terus dipuji oleh Misaeng (Jung Woong-in) karena kehebatan diplomasinya. Ia tidak mendengar sebuah suara yang terus memanggilnya, dan baru sadar saat terdengar vas pecah. Begitu melihat siapa yang muncul dengan pakaian prajurit istana, Mishil dan rombongannya sangat kaget.

Episode 48

Sambil tersenyum mengejek, Putri Deokman (Lee Yo-won) menyatakan dirinya siap ditangkap sesuai titah Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Bahkan, sang putri menantang dengan menyebut tidak takut disidangkan dan dihadapkan dengan para saksi seputar percobaan pembunuhan terhadap Sejong (Dok Go-young). Meski tergolong nekat, langkah Putri Deokman bukannya tanpa perhitungan. Ketika para bawahan meminta supaya sang putri dibunuh, Mishil (Go Hyeon-jeong) menolak karena sadar bahwa dengan demikian, maka kekuasaan otomatis bakal berpindah ke Chunchu (Yoo Seung-ho). Hal itu juga yang berusaha dijelaskan Yushin (Uhm Tae-wong), namun Bidam (Kim Nam-gil) malah naik pitam dan memukulnya. Yushin hanya bisa terdiam, ia mengingat percakapan di malam sebelum Putri Deokman nekat mendatangi istana. Dengan wajah serius, Yushin mengatakan bahwa saat ini mereka hanyalah pion dalam permainan catur yang bakal dicatat dalam sejarah. Di tengah perdebatan antara Yushin dan Bidam, Chunchu hanya bisa terdiam dan sadar bahwa yang terbaik adalah mengikuti strategi Putri Deokman. Diam-diam, kemunculan kembali Putri Deokman menjadi bahan pergunjingan para bangsawan yang mulai menaruh simpati padanya. Keinginan untuk melakukan sidang terbuka mulai merebak, yang semakin menguat setelah para pentolan hwarang menyuarakannya di depan istana. Posisi kubu Mishil makin terpojok ketika Raja Jinpyeong muncul untuk menyambut gagasan tersebut, untungnya Seolwon (Jun Noh-min) bisa bertindak cepat. Tidak bisa menghindar lagi, Mishil akhirnya setuju dengan gagasan sidang terbuka. Untuk memastikan keadaan tetap terkendali, ia memerintahkan supaya para bangsawan hadir sementara semua pasukan berada di bawah kendali Seolwon dan Sejong. Satu-satunya yang dicemaskan Mishil adalah Jujin, jendral yang membawahi ribuan pasukan. Pada saat yang sama, Jujin tengah dibujuk oleh Chunchu untuk mau berpihak ke kubu Putri Deokman. Jujin sempat bingung ketika dirinya mendapat tawaran posisi perdana menteri dengan imbalan menyerahkan seluruh pasukan yang dibawahinya pada Mishil, namun tiba-tiba datang panggilan bagi putranya Piltan untuk menemui para pentolan hwarang lain. Rupanya, mereka berkumpul untuk menunggu kehadiran seseorang : Yushin. Masih bimbangnya para pentolan hwarang dan ayah mereka yang kebanyakan bangsawan berpengaruh memusingkan Yushin, satu-satunya cara untuk menyatukan dukungan adalah lewat Munno. Keruan saja Bidam langsung terdiam, karena hanya dirinya satu-satunya orang yang tahu kalau sang guru telah meninggal dunia. Menjelang sidang terbuka, masing-masing kubu mulai menyiapkan strategi. Mishil yang siap melakukan apa saja terhadap para bangsawan yang berani menentangnya terus berkonsolidasi. Sadar kalau wanita itu sangat kuatir, Seolwon berusaha menghibur dengan mengatakan bahwa setelah sidang, maka akan tercipta sejarah baru bagi Shilla dimana Mishil tampil sebagai ratu. Begitu hari sidang terbuka tiba, kubu Mishil benar-benar bergerak cepat. Mereka memaksa para bangsawan untuk menyerahkan komando pasukan yang dibawahi, yang menentang langsung dibunuh. Untuk memastikan legitimasi sidang, Mishil tidak cuma menampilkan para tawanan melainkan juga Raja Jinpyeong yang masih sakit yang diwakili oleh Ratu Maya (Yoon Yoo-sun). Sayang meski sudah menebar ancaman, ternyata masih banyak kaum bangsawan yang absen. Rupanya, mereka yang tidak hadir sudah mengalihkan dukungan pada kubu Putri Deokman. Di luar ibukota, para bangsawan dan ribuan pasukan menyatakan sumpah setia mereka pada Chunchu, yang langsung memerintahkan pasukan untuk masuk ke Seorabol dan menyelamatkan Shilla yang diambang kehancuran. Di atas podium, wajah Mishil langsung berubah begitu mendengar telah terjadi pembelotan besar-besaran. Bahkan, para hwarang yang telah berkumpul di gerbang ikut beralih setelah melihat Munno (yang sebenarnya adalah Bidam yang menyamar) mendukung perjuangan Yushin. Meski posisinya semakin tidak menguntungkan, Mishil masih bergeming. Semua berubah ketika sebuah layangan menebarkan kertas yang menyebut bahwa Raja Jinpyeong telah diselamatkan. Dengan geram, Mishil mengambil busur dan anak panah serta mengarahkannya ke arah Putri Deokman. Bukannya takut, sang putri malah berdiri sambil merentangkan kedua tangannya.

Episode 49

Nasib rupanya belum menghendaki Putri Deokman (Lee Yo-won) mati. Meski sempat ambruk, gadis itu bangkit lagi karena anak panah yang dilepas Mishil (Go Hyeon-jeong) ternyata mengenai belati peninggalan Raja Jinheung yang selalu disimpan di saku baju sang putri. Sadar kalau dirinya sudah kalah, Mishil langsung mengikuti permintaan Seolwon (Jun Noh-min) untuk kabur sambil memerintahkan para prajurit untuk membunuh semua tawanan. Untungnya sebelum terjadi pembantaian, Bidam (Kim Nam-gil) dan pasukannya muncul sebagai penyelamat. Saat masuk ke tempat persembunyiannya, Mishil terkejut saat tahu surat rahasia yang disimpanya selama ini sudah tidak ada di tempat. Dalam keadaan terjebak, Mishil memerintahkan untuk menembus gerbang utama dengan seluruh kekuatan. Seolwon langsung mengangguk, dan pidatonya mampu membakar seluruh prajurit yang semuanya masih setia pada Mishil. Strategi tersebut mengejutkan Putri Deokman, yang sama sekali tidak menyangka Mishil bakal berbuat senekat itu. Begitu lolos, Mishil sadar bahwa keuntungan ada dipihaknya, ia memutuskan untuk mengungsi ke benteng Daeya yang terkenal memiliki pertahanan kokoh dan sulit ditembus. Hal serupa juga disadari Putri Deokman, yang sadar bahwa bila perseteruannya dengan Mishil semakin berlarut-larut, maka perang saudara tidak bisa dihindari. Untuk mengembalikan kekuasaan, Putri Deokman mulai menyingkirkan para bangsawan pendukung Mishil yang ada di pos-pos penting. Sementara itu, Yeomjong berusaha mengingatkan Bidam kalau dirinya bakal tersingkir dari percaturan politik bila tidak berbuat apa-apa. Pasalnya, pria itu tidak memiliki latar belakang yang jelas. Membersihkan kabinet, khususnya di bagian militer, ternyata tidak semudah yang dikira. Karena begitu lamanya kubu Mishil berkuasa, Putri Deokman mendapati bahwa banyak hal yang tidak dilaporkan dalam pembukuan. Yang lebih mengejutkan, Mishil, yang berada di tempat yang jauh, mampu menggunakan pengaruhnya untuk membelokkan kiriman busur panah dari Jepang sehingga masuk ke kantong kubunya. Masalah tak berhenti muncul, seorang utusan tertangkap tengah melapor ke Mishil mengenai kebakaran besar yang terjadi di propinsi Gwangmun yang semakin menegaskan kuatnya pengaruh sang pemegang segel kerajaan di Shilla. Untuk mengatasinya, Putri Deokman mengambil langkah tegas : siapapun yang tidak melaporkan perkembangan daerah kekuasaan Shilla padanya bakal dieksekusi. Untuk semakin mengisolasi pengaruh Mishil, Putri Deokman tiba-tiba teringat dengan surat rahasia tentang Mishil yang pernah diberikan mendiang Sohwa. Meminta Bidam untuk mengambil sendiri surat yang disembunyikan itu, Putri Deokman menyebut bakal mempercayakan posisi penting pada murid Munno itu. Mendapat kepercayaan, wajah Bidam langsung berseri-seri. Di saat Putri Deokman berdebar-debar menanti datangnya surat rahasia, Bidam yang telah sampai di lokasi sangat terkejut saat tahu isi surat yang selama ini disimpan Mishil. Dalam keadaan terpukul, Bidam mengambil keputusan nekat : mendatangi benteng dimana Mishil berada untuk menanyakan kebenaran. Kehadiran Bidam, yang menghunus pedangnya, ternyata hanya disambut dengan senyum oleh Mishil. Berniat untuk menunjukkan surat yang dipegangnya, Bidam berubah pikiran dan malah bertanya kenapa Mishil tidak membunuhnya saat hendak merencanakan kudeta. Sayang, jawaban Mishil yang mengaku telah melakukan kesalahan malah membuat hati Bidam semakin sakit. Mishil kembali mengambil keputusan mengejutkan ketika meminta anak buahnya membiarkan Bidam, yang sudah terkepung, pergi. Di istana, Putri Deokman dikagetkan oleh cerita Jukbang (Lee Moon-shik), yang mengaku pernah diberitahu Sohwa untuk tidak pernah mempercayakan surat rahasia yang direbutnya dari markas Mishil kepada Bidam. Mulai mengira-ngira apa yang terjadi sebenarnya, Putri Deokman menanti kepulangan Bidam dengan kuatir. Apa yang ditakutkan sang putri terjadi, Bidam mengaku kalau surat rahasia telah hilang. Berusaha menyingkirkan kecurigaannya, Putri Deokman berusaha untuk memastikan kalau Bidam tidak berbohong. Ketika ditanya soal hubungannya dengan Mishil, Bidam sempat terlihat ragu-ragu. Sementara itu di saat yang sama, Mishil dengan tenang menjawab pertanyaan Sejong (Dok Go-young) dan Misaeng (Jung Woong-in) soal siapa Bidam sebenarnya.

Episode 50

Dalam keadaan terpukul, Bidam mengambil keputusan nekat : mendatangi benteng dimana Mishil berada untuk menanyakan kebenaran. Kehadiran Bidam, yang menghunus pedangnya, ternyata hanya disambut dengan senyum oleh Mishil. Berniat untuk menunjukkan surat yang dipegangnya, Bidam berubah pikiran dan malah bertanya kenapa Mishil tidak membunuhnya saat hendak merencanakan kudeta. Sayang, jawaban Mishil yang mengaku telah melakukan kesalahan malah membuat hati Bidam semakin sakit. Mishil kembali mengambil keputusan mengejutkan ketika meminta anak buahnya membiarkan Bidam, yang sudah terkepung, pergi. Di istana, Putri Deokman dikagetkan oleh cerita Jukbang (Lee Moon-shik), yang mengaku pernah diberitahu Sohwa untuk tidak pernah mempercayakan surat rahasia yang direbutnya dari markas Mishil kepada Bidam. Mulai mengira-ngira apa yang terjadi sebenarnya, Putri Deokman menanti kepulangan Bidam dengan kuatir. Apa yang ditakutkan sang putri terjadi, Bidam mengaku kalau surat rahasia telah hilang. Berusaha menyingkirkan kecurigaannya, Putri Deokman berusaha untuk memastikan kalau Bidam tidak berbohong. Ketika ditanya soal hubungannya dengan Mishil, Bidam sempat terlihat ragu-ragu. Sementara itu di saat yang sama, Mishil dengan tenang menjawab pertanyaan Sejong (Dok Go-young) dan Misaeng (Jung Woong-in) soal siapa Bidam sebenarnya. Di depan Sejong (Dok Go-young) dan yang lain, Mishil mengakui kalau Bidam (Kim Nam-gil) adalah putra hasil hubungannya dengan mendiang Raja Jinji. Di saat yang sama, Bidam di hadapan Putri Deokman (Lee Yo-won) menyebut bahwa dirinya dan Mishil tidak punya hubungan apa-apa. Posisi Mishil dan Putri Deokman mulai berimbang, satu-satunya yang bisa membedakan keadaan adalah apabila kubu Mishil menarik pasukan dari benteng Seokham untuk ikut membantu. Namun, dengan tegas Mishil melarang anak buahnya untuk melibatkan benteng Seokham dalam perseteruannya dengan Putri Deokman. Saat tengah berdiskusi dengan Putri Deokman, Bidam secara tidak sengaja mendengar saran Jukbang (Lee Moon-shik). Di rapat, Bidam mengusulkan satu cara cepat untuk menaklukkan benteng Daeya : menggunakan racun di saluran air yang menuju tempat itu. Meski brilian, usul tersebut ditentang Yushin karena itu berarti daerah sekitar Daeya tidak akan bisa ditempati selama beberapa tahun kedepan. Sambil tersenyum, Putri Deokman menyebut bahwa strategi tersebut bakal digunakan untuk memancing kepanikan di benteng Daeya. Ketika dikonfrontir Bidam, Putri Deokman menyebut bahwa itulah cara paling tepat untuk memaksa Mishil menyerah. Setelah itu, Bidam ditugaskan untuk menyerahkan selembar surat pada sang musuh. Mishil bukan orang bodoh. Bersama Seolwon (Jun Noh-min), ia mampu menebak bahwa desas-desus bakal diracunnya sumber air adalah strategi Putri Deokman untuk memaksanya menyerah. Rupanya Putri Doekman punya rencana sendiri : demi membangun Shilla sekaligus menuntaskan impian menyatukan Tiga Kerajaan, ia hendak mengajak Mishil untuk kembali bergabung. Di sebuah tempat yang telah disepakati, Putri Deokman dan Mishil melakukan pertemuan. Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya Mishil saat Putri Deokman menyebut berniat merekrutnya kembali untuk membangun Shilla. Dengan tegas, sang putri menyebut Mishil tidak akan punya kesempatan untuk menguasai kerajaan kecuali bila dirinya membangun dinasti dan wilayah sendiri. Setelah itu, giliran Putri Deokman yang terkejut ketika Mishil menyebut satu-persatu daerah yang pernah ditaklukkannya di masa Raja Jinheung dan telah dianggapnya sebagai bagian dari dirinya. Dari situ, Putri Deokman sadar kalau negosiasi tidak akan berjalan mulus. Mendengar semua itu, Bidam memutuskan untuk menyusul Mishil dan membujuknya.

Tidak ada komentar: